#Day7: Stop Obat-Obatan! Gunakan Lactacyd Baby untuk Masalah Kulit Bayimu

Sedari bayi Andara selalu bermasalah dengan kulit sensitifnya. Seringkali ia terkena biang keringat seperti bentol bentol merah kecil hampir di seluruh tubuhnya (Millaria Rubra). Paling banyak di sekitar leher, lipatan lengan, paha, dan lipatan-lipatan tubuh lainnya.

image

Maklumlah kami tinggal di Bengkulu, kota yang berudara cukup panas karena terletak di pinggiran pantai. Berbagai macam cara sudah dicoba agar biang keringatnya hilang, mulai dari memberikan bedak, salep, gonta ganti sabun bayi, mengganti baju sesering mungkin tapi tidak juga menyelesaikan masalah ini. Malah kulitnya jadi semakin kering dan biang keringatnya makin parah.

Sebagai ibu yang baru punya bayi, rasanya stres berat. Andara tidak nyaman tidur dan bermain, maunya digendong sambil diayun oleh ibunya. Padahal semakin sering digendong dalam udara panas, keringatnya akan meningkat dua kali lipat karena mendapat dua sumber panas dari suhu tubuh dan cuaca.
Belum lagi ketika dia terserang demam, maka bintik kecil ini akan lebih banyak lagi timbul di sekujur tubuhnya. Akhirnya kami memutuskan untuk berkonsultasi ke dokter dan dokter memberikan sirup, bedak dan salep racikan untuk mengurangi biang keringatnya. Hasilnya memang biang keringatnya berkurang, tetapi kemudian malah kambuh lagi ketika resep obatnya habis. Sedangkan untuk selalu memberikan obat-obatan pada bayi rasanya kok ga tega ya?

image

Akhirnya saya browsing di internet dan bertanya pada teman-teman yang sudah lebih berpengalaman. Banyak sekali saran yang saya terima, karena beberapa dari mereka menyarankan untuk menggunakan Lactacyd Baby maka saya pun berikhtiar untuk mencobanya. Alhamdulillah dalam beberapa hari penggunaan Lactacyd Baby ruam merahnya perlahan menghilang,  karena kandungan susu yang ada di dalamnya  kulit Andara pun menjadi lebih lembab dan halus bahkan ketombe yang terkadang muncul di kepalanya disebabkan campuran keringat dan udara panas juga menghilang. Wah, senang sekali rasanya bisa melihat Andara yang gempal dan aktif itu bermain tanpa khawatir nanti rewel karena gatal biang keringat. Pemakaiannya pun cukup simple, terkadang saya menggunakan Lactacyd Baby dengan mencampurkannya pada air mandi si kecil. Tetapi, dengan beranjaknya usia dia yang ga  mungkin lagi mandi di dalam bak mandi, sekarang saya lebih sering menggunakannya seperti sabun cair. Rasanya lebih praktis dibandingkan menggunakan salep yang masih harus dioleskan setelah dia mandi dan berulang-ulang. Terimakasih Lactacyd Baby sudah menemani baby Andara sampai diusia 32 bulannya.

image

Kulit sehat tanpa obat-obatan!

#Day5 Minggu Seru: Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN

Tetiba saya terdampar di sini, wuzzz… acara sejenis workshop atau talkshow gitu yang diselenggarakan pada hari minggu, 26 Juni 2016 di Grage Hotel Bengkulu. Kebenaran masih dapat rezeki ikut ginian, free  dan dapat ilmu parenting super keren dari tim BKKBN dan Kompasiana. Peserta acara ini terdiri dari blogger Bengkulu, remaja GenRe, dan media cetak serta tv lokal. Inti acaranya bagaimana membangun keluarga terencana. Momentumnya diambil dari kasus YY yang kemarin sempat blow up di media sosial dan blog, di mana banyak sekali yang menulis dan membicarakan tentang kasus pemerkosaan dan pembunuhan oleh belasan remaja ini. Banyak yang saling menghujat, menyalahkan dan menghakimi baik kepada korban maupun pelaku dan keluarga mereka. Padahal seharusnya kita bisa memberi atau memaparkan solusi yang sekiranya tepat untuk mengurangi dan mencegah kejadian ini terjadi kembali. Tentu saja solusi tersebut harus sesuai dengan kondisi lingkungan dan karakter masyarakat masing-masing di wilayah Indonesia Raya ini, MERDEKA!

Nah, jadi di acara ini dikupas satu persatu pake sembilu tips, cara dan solusi yang sekiranya bisa diaplikasikan oleh masyarakat pada umumnya dan keluarga pada intinya. Hal penting yang saya dapat bagikan sedikit di sini mengenai Keluarga Terencana yang sering sekali disebut-sebut oleh kedua narasumber, Pak Hadi dan Pak Abidin.

Mengapa perlu mewujudkan Keluarga Terencana?
Sebagaimana yang kita ketahui, akhir-akhir ini banyak sekali peristiwa sadis yang terjadi di sekitar kita. Salah satunya kasus YY,  juga puluhan mungkin ratusan dan ribuan kasus lain serupa yang tidak sampai ke media. Miris rasanya ketika melihat di televisi bagaimana seorang bapak tega menyakiti buah hatinya sendiri, anak yang melakukan perbuatan kriminal, suami istri yang saling serang, bunuh diri, atau aborsi oleh para belia. Rasanya demikian kejamnya dunia di luar sana. Tampak ada sebuah ketidaksiapan mental dari individu masing masing anggota keluarga dalam menghadapi berbagai masalah di rumah tangga. Ketidaksiapan ayah memimpin keluarga, mencari nafkah lahir batin untuk istri dan anak. Ketidaksiapan istri untuk memiliki buah hati dan mengurusnya dengan baik, sehingga akibatnya anak memiliki karakter yang tak baik. Berdasarkan hal-hal inilah maka perlu dibangun Keluarga Terencana yang tentu saja harus dipersiapkan dengan matang, bukan asal kawin terus beranak dan selesai.

Lantas bagaimana Keluarga Terencana ini bisa terwujud?
Berikut saya bagikan sedikit tipsnya,
1. Rencanakan usia berapa akan menikah. Hindari menikah di usia dini atau menikah karena keadaan terpaksa. MBA (married by accident) misalnya, yaitu istilah yang dari dulu sudah dikenal untuk menjelaskan mengenai pernikahan yang terjadi karena pihak perempuan hamil sebelum nikah. Menikah tak hanya soal cinta yang terselubung nafsu. Perlu ada komitmen yang kuat, mental yang dewasa dan pendapatan yang cukup untuk bekal mengarunginya.
2. Rencanakan jumlah anak dan atur jarak kehamilan. Pasangan yang siap menikah tentu punya peta rencana pemikiran sendiri, kapan mau punya anak, bagaimana pola asuh, kapan memiliki anak kedua, di mana anak bersekolah, dan seterusnya. Seperti yang dikatakan dalam talkshow ini, “Sepasang suami istri sebaiknya hanya memiliki satu balita dalam keluarga mereka” artinya dengan cara ini, pasangan suami istri diharapkan dapat memberikan kasih sayang yang cukup dalam masa perkembangan golden age sang anak, di mana usia 0-5 tahun adalah usia yang paling tepat untuk memberikan teladan yang baik bagi anak. “Usia ini adalah masa yang paling tepat bagi anak untuk mengetahui dasar prilaku yang baik dan membedakan antara sifat baik dan buruk” ucap narasumber lagi.
3. Pahami peran atau fungsi masing masing anggota keluarga. Sesibuk-sibuknya seorang ayah mencari nafkah, sempatkanlah berkomunikasi kepada semua anggota keluarga. Tentukan waktu sharing dalam keluarga. Jangan sampai keluarga yang menunggu di rumah hanya mendapatkan sisa energi negatif dari sang kepala keluarga. Aturlah jam kerja ayah, sehingga tak lembur setiap hari atau nongkrong bareng teman hingga tak kenal waktu. Kewajiban seorang ayah lah untuk menjamin kesejahteraan keluarga, serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi keluarga. Bila sang kepala keluarga tetap mengontrol jalannya rumah tangga, insya allah istri dan anak bisa menjalankan peran mereka masing-masing dengan benar.

Dari tiga tips di atas, diharapkan keluarga terencana yang dimaksud dapat terwujud. Maka rencanakan dengan baik kehidupan keluarga kita selanjutnya sebab seperti yang disampaikan di akhir perbincangan, “Gagal dalam berencana sama dengan merencanakan kegagalan” artinya bila rencana yang sudah disusun itu berantakan, maka manusia itulah yang menjadikan rencana itu gagal.

Wuih, lumayan berat ya bahasan saya kali ini, nulisnya aja sampai berhenti satu hari (curcol :p) kesimpulan saya sendiri adalah jika semua keluarga telah menjadi keluarga yang terencana, insya allah akan meminimalisir kejadian kejadian buruk yang sudah disebutkan sebelumnya. Maka sebagai penulis, pembaca, penonton, alangkah baiknya kita menggunakan filter untuk menyaring konten yang paling tepat bagi diri kita sendiri. Pilihlah tulisan, bacaan atau tontonan yang sifatnya mendidik. Jangan membagikan informasi yang kita sendiri tak tahu kebenarannya, menyebarkan berita tak baik sama dengan menyebarkan bibit penyakit di lingkungan sekitar kita.

Demikian sekilas informasi tentang Keluarga Terencana yang bisa saya sampaikan sebagai salah satu bahasan penting pada acara ini.

Oya, setelah acara ini nanti bakal ada blog competition loh yang bisa diikuti oleh seluruh blogger, syaratnya cukup memiliki akun di kompasiana dan menuliskan pemikiran anda di sana mengenai tema ini, “Membangun Kualitas Kesehatan Reproduksi dan Mental Remaja Indonesia” salam dua anak lebih baik! 😀

Finding Dory, Film yang Bikin Baper #Day1

“Kita mau ke mana, Bu?”
“Nonton bioskop”
“Film kukupanda (Kungfu Panda)?”
“Finding Dory, Adis. Nanti kita nonton sama Aunty Pi”
“Film apa?”
“Film ikan ikan”
“Ikan itu fish?”
“Iya. Finding Dory itu film ikan ikan. Ikan itu fish. Bener, pinter!”
“Besok Adis mau nonton kukupanda sama uncle ya Bu? Hari ini nonton film fish dulu”

Nah, gitu dramanya kalo ngajakin Andara ke bioskop. Entah kenapa DIA selalu ingat sama film Kungfu Panda yang ditontonnya sama uncle dan auntynya. Padahal setelah itu banyak film lain yang ia tonton, kayaknya berkesan sekali sama DIA.

Sebenarnya untuk urusan ke bioskop, biasanya yang ngajakin Andara ya aunty sama unclenya. Hampir semua film animasi mereka tonton. Ibu sama Bapaknya ya pacaran lagi. Hehehe…

Nah, pernah satu kali kita nyoba nonton bioskop bertiga. Filmnya Angry Bird 2. Senang dong Adis, soalnya jarang sekali nonton bareng bapak dan ibunya. Untung DIA ga rewel, nangis atau mau minta pulang seperti yang dikhawatirkan sebelumnya. Anaknya anteng banget, nonton sambil makan pop corn. Diajak ngobrol aja ga ngedip lagi. Sukses deh pokoknya acara nonton bioskop bareng.

Sip dong Adis sudah makin enak dibawa ke mana-mana. Nah, hari senin (20/06/2016) kemarin kita nonton bioskop lagi deh, Finding Dory. Kali ini cuma bertiga, Ibu, Adis, dan Aunty Pi. Bapaknya lagi lembur, sementara ibunya dapat rezeki liburan sekolah sebulan. Suntuk juga dong sebulan di rumah aja, makanya kita cari hiburan dengan biaya murah meriah.

Horeee! Film Finding Dory ini ceritanya bagus. Bikin baper. Ceritanya si Dory (ikan blu, kata Adis) teringat dengan orangtuanya dan ia memutuskan untuk mencari mereka. Ditemani Marlyn dan Nemo, mereka berpetualang. Namun, di tengah perjalanan mereka terpisah dan masing-masing memiliki cerita petualangan yang sungguh luar biasa. (Ntar kalau ditulis semua jadi spoiler)

Petualangan membawa mereka menemui teman-teman baru, ada gurita yang jagonya seperti Jackie Chan, ada si burung pembawa ember, ada si gendut singa laut dan teman-teman lama seperti si penyu berusia ratusan tahun, ikan paus yang cantik manja dan lain-lain.

Bagi saya, banyak hal mengharukan dari film ini, dimulai dari Dory yang terkenang ketika pertama kali ia terpisah dari orangtuanya sedangkan ia masih kecil dan sulit sekali mengingat apapun. Masih ingat kan di Film Finding Nemo bagaimana Dory seolah jadi badut lucu karena ia pelupa? Nah, di sini penyakit itu membuat ceritanya jadi mengharu biru. Dengan segala keterbatasannya Dory berusaha untuk terus bertahan hidup.

Ah, di tengah-tengah film Saya jadi melirik Andara. Bisakah ia nanti menghadapi dunia luar yang asing? Akankah ia menjadi seorang anak yang pemberani dan ceria seperti Dory? Ya, harapan saya begitu. Meski mungkin orangtuanya tak selalu bersamanya.

“Keep swimming, Dory!”
Berbuatlah sesuatu, kalahkan tantangan di hadapanmu. Tuhan selalu membantu dengan mengirim teman baik, saudara baru dan dunia yang indah. Apa yang dilakukan Dory ketika ia menghadapi kesulitan? Satu kuncinya, tidak menyerah. Hingga di akhir cerita, Dory akhirnya bertemu dengan orangtuanya di tempat terakhir mereka terpisah.

“Lihat! Kerang! Ada banyak kerang! Ikuti saja kerangnya dan kau akan dituntun kembali ke rumah.”

Ya, adalah orangtua yang selalu ingin hal terbaik untuk anaknya, adalah orangtua yang selalu ingin membantu anaknya dan merekalah orangtua yang sebenarnya, yang bersyukur dikaruniai kamu apa adanya, yang menuntun dan mengajarimu menjadi seorang dewasa. Mereka juga, orangtua yang menantimu di rumah tua mereka, menanti anak cucunya berkunjung dan berkumpul bersama…

“I see skies are blue, red roses too. I see they’re bloom for me and you and I think to myself, what a wonderful world”

Anak Sulit Makan? Ini Tipsnya

Haiii, Mak!
Setelah sekian lama perjuangan, akhirnya Andara sekarang sudah 18 bulan aja… Kali ini aku mau cerita beberapa tips yang aku pakai buat mengatasi Andara yang kadang susah makan. Sebenarnya dia ga begitu rewel soal makanan, hampir semua dia suka. Mulai dari buah, sayur, snack, gorengan, bubur, jus, susu, ikan, daging… Loh, lantas masalahnya apa? Nasi! Seringkali dia ga mau makan nasi. Padahal di Indonesia, makanan pokok karbohidratnya adalah nasi jadi ini beberapa tips yang aku pakai supaya Andara mau makan nasi, check it out! 😀

1. Bubur Jut

Ada yang tahu jenis bubur apa ini? Kalau ga tau ya wajar, soalnya bisa dibilang ini adalah resep warisan keluarga. (Gaya banget…) Padahal Bubur Jut ini cuma nasi yang dimakan pakai air gula. :p
Jadi, ikan dan lauk pauknya dimakan duluan. Nah, nasinya dibikin Bubur Jut. Cara buatnya gampang banget, masukan satu sendok makan gula pasir ke dalam gelas, tambahkan air secukupnya (kira-kira airnya jadi manis buah aja) tambahkan satu centong nasi putih hangat, aduk. Nah, Bubur Jut siap disantap! Tinggal disuapin deh pake sendok. Hmm… Yummy… Insyaallah, anak suka. Boleh juga kalau mau, air gulanya diganti dengan susu yang biasa diminum sang buah hati.

2. Selang seling

Nah, mamaman apa ini? 😀
Ini bukan makanan atuh tapi trik. Setiap anak pasti ada makanan yang dia suka, entah itu ikan, sayur, buah atau snack. Caranya, Ibu siapkan nasi dan menu makanan si kecil di piring. Siapkan juga makanan kesukaannya. Misalnya, kalau dia suka ikan atau wortel, atau jeruk. Tunjukan pada anak bahwa ibu ada nasi dan makanan kesukaannya, coba suapkan dulu pada anak nasi dan lauknya. Jika anak tidak mau dan merengek minta makanan favoritnya, bilang dengan lembut tetapi meyakinkan “Ibu bakal kasih kamu makanan ini kalau kamu mau makan nasi dulu” lalu suapkan nasi, biasanya anak akan segera membuka mulutnya lebar-lebar. Setelah itu berikan sedikit apa yang dia mau (misalnya satu potong kecil wortel). Begitu seterusnya, secara bergantian, nasi, makanan favorit, nasi, makanan favorit dan seterusnya. Jadi, pakai trik selang seling ini biasanya cukup ampuh supaya anak mau makan nasi.

3. Sendok Kerupuk

Heh? Sendok kerupuk? Apalagi nih? Ibu-ibu pasti tau kalau kebanyakan anak suka makan kerupuk. Sukanya kerupuk doang kan? Terus ibunya pusing karena mana ada gizinya coba kalau makan kerupuk aja? Duer! Jadi, trik selanjutnya ibu tinggal menyiapkan nasi dan lauk serta goreng beberapa kerupuk udang atau ikan ukuran kecil (misal kerupuk merk sam*dera). Kalau sudah siap semua, ibu cukup letakan nasi dan lauk secukupnya di atas kerupuk, tekan sedikit supaya nasinya ga berjatuhan. Tinggal panggil si kecil, “Ibu ada kerupuk loh, mau?” Nyam, nyam, nyam, anak langsung lahap deh makannya.

4. Variasikan Nasi

Iya, paling mudah nih. Kalau anak bosan makan nasi putih, variasikan aja nasinya. Bikin nasi goreng, nasi uduk, nasi kuning… Resepnya cari sendiri ya…
Atau kalau anak sudah mengerti dengan mie, campurkan saja nasi dengan tumis bihun. Beres deh, anak makan dengan senang. Ibu juga tenang…

Segitu aja ya, mak… Ceritanya soal Andara dan nasi. Hal yang penting kita perhatikan adalah gizi si kecil tercukupi. Bukan asal makan atau asal kenyang aja… Sampai jumpa di tulisan berikutnya. *cium-cium Andara*

Our First Trip

Hari ini 17 Februari 2014.
Berdua dengan anak gadis yang berusia 4 bulan 23 hari, menempuh perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan. Berangkat dari rumah Neknang menuju rumah Datuk.

Setelah berbagai persiapan yang dimulai dari packing pakaian, peralatan mandi, susu, ayunan, bouncer, perlak, kelambu, baju kerja ibu, sepatu, dan lain-lain. Kami siap berangkat. Diiringi lambaian tangan Bapak yang sengaja izin pulang kantor selama 15 menit, kamipun berangkat.

Gadis kecil duduk di atas car seat-nya. Menatap senang pada mainan karet berwarna hijau berbentuk domba yang bila digoyang, bola di dalamnya akan menyala warna warni. Sambil sesekali melirik keluar jendela mobil. Sementara ibu bekerja ekstra, antara mengendarai mobil dan mengajak si kecil mengobrol.

Ini perjalanan kami yang pertama. Biasanya selalu pergi ke mana-mana bertiga dengan Bapak. Kami harus melewati DELAPAN lampu lalu lintas untuk sampai ke rumah datuk. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam lampu lalu lintas terlewati… Perjalanan masih terasa lancar.

Namun, tanda-tanda gadis mulai tak betah duduk di car seat sudah terlihat ketika melewati lampu yang ke-enam. Ia mulai merengek dan menangis! Jadilah ibu bingung dan panik. Perjalanan tak jauh lagi, tangis gadis makin pecah. Ibu memberikan susu botol, namun ia tetap menangis. Mungkin ia merasa panas, haus dan mengantuk. Maklum saat itu sudah pukul dua belas siang!

Hingga tibalah kami di rumah datuk. Mobil diparkirkan di tepi jalan. Ibu turun dari mobil dan segera menggendong sang gadis kecil yang masih terisak. Kasihan sekali :'((

Setelah ditenangkan gadis kecil mulai tersenyum. Benar adanya, ia mengantuk dan lapar. Setelah diberi ASI, iapun terlelap. Ibu meletakkan ia di ayunan, namun ia hanya tertidur sebentar. Matanya kembali terbuka dan mengajak orang-orang di sekitarnya bermain. Ayo kita main!

Sudah waktunya Ibu harus berangkat kerja, mengajar anak kelas sore di SMP. Akan tetapi si kecil belum mau ditinggal. Jadilah ibu memberi kabar ke sekolah, agar anak kelas 7. K diberi tugas dahulu karena ibu akan datang terlambat. Oke, satu urusan untuk sementara dianggap kelar. Si kecil akhirnya digendong nenek dengan kain panjang sambil diberi susu. Ia terlihat senang. Maka, ibupun segera bertukar pakaian dan berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, langsung masuk kelas dan mengajar. Meski pikiran masih tertinggal pada anak gadis di rumah datuk. Menangiskah ia? Rewel ga ya? Aduh…
Satu kelas selesai. Istirahat dulu. Masih ada sekelas lagi. Kebenaran ada mahasiswi praktik mengajar, jadi ibu tinggal mengawasi sebentar memastikan kegiatan belajar mengajar berjalan baik. Lalu, berangkat pulang, menemui kembali si gadis kecil.

Ah, leganya melihat ia tertidur lelap di ayunan. Kata nenek tadi dia menangis karena pup. Padahal sebelumnya ia tertawa senang saat duduk main di bouncer. Oke, hal yang wajar. 🙂
Sambil menunggu gadis kecil terjaga dari tidurnya, ibu berganti pakaian dan menyiapkan keperluan mandi si kecil. Tak lama semua beres dan si kecilpun bangun. Kami bermain sebentar, minum susu, kemudian bersiap untuk mandi.

Pakaian gadis kecil sudah dilepaskan, tinggal dimandikan. Perlahan namun pasti ibu meletakannya perlahan di dalam baskom mandi. Awalnya ia berkespresi biasa, baru saja disiram seluruh badannya ia mulai menangis lagi. Ibupun mengangkatnya keluar dari baskom dan memberinya susu. Setelah itu mencoba untuk yang kedua kalinya. Oke, gadis kecilpun mandi dengan riang.

Udara panas mungkin salah satu penyebab anak kecil menangis. Saat sesi memakai baju, iapun mulai merengek lagi. Ibupun kembali panik karena sang anak mulai menjerit.

“Aaaa… Huaaaa…”

Secepat kilat baju dipakaikan pada si kecil. Lalu digendong, disusuin dan tidur dengan sukses! *fiuh*

Hari sudah menjelang magrib. Gadis kecil masih dipeluk erat, tidur dengan nyenyaknya. Pastilah Bapaknya khwatir di rumah. Kabar buruknya, ponsel sudah mati kehabisan daya. Kabar baiknya, ibu hapal nomor ponsel bapak dan bisa pakai telepon rumah datuk.

“Iya. Ini pulangnya abis magrib aja ya, Pak. Gadis masih tidur!”

“Oke. Ditidurin aja di car seat, kalau mau pulang nanti” saran bapak.

Klik telepon ditutup dan mata si gadis kecil terbuka selebar-lebarnya.

Magrib berlalu, gadis kecil sudah duduk manis di carseatnya. Kamipun pamit pulang. Dua lampu merah sudah terlewati. Si kecil mulai gelisah dan kembali rewel. Untuk kesekian kalinya ibu panik. Akhirnya dengan keahlian yang luar biasa dikaruniakan oleh Tuhan, ibupun segera memberi susu botol untuk gadis kecil menggunakan tangan kirinya. Sementara tangan kanan tetap memegang kemudi. Kaki kanan dan kiri bergantian menginjak gas, rem, dan kopling!

Duh! Gimana cara oper gigi? Sementara kalau botol susu dilepas, otomatis gadis kecil menangis. Satu-satunya cara, pakai tangan kanan. Berhasil! Satu masalah terpecahkan lagi. Masalah lainnya, si gadis kembali rewel dan… Ibu baru ingat, mungkin gadis kecil ingin dinyanyikan sebuah lagu yang diciptakan dan diaransemen sendiri oleh ibu.

“Aku gadis cantik tak suka nangis. Aku gadis pintar tak suka nakal…”
Berkumandanglah lagu itu sepanjang perjalanan pulang. Ajaib! Si gadis tampak tenang, ia menghisap kembali susu dari botolnya, sementara ibu bekerja keras agar selamat menyetir mobil sampai di rumah neknang.

Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Ibu dan anak pulang tanpa kurang suatu apapun dan ibu menobatkan dirinya sendiri sebagai pengendara mobil profesional.

Demikian perjalanan pertama antara ibu dan anak. Sangat berkesan ya? 😀